Kamis, 17 November 2011 | By: aRfalia Kuwok

penyakit (HIV) Human Immunodeficiency Virus

HIV adalah virus yang menyebabkan AIDS. HIV menyerang sistem daya tahan tubuh manusia, menyebabkan tubuh lemah dan tidak berdaya melawan berjangkitnya penyakit. Jika seseorang terkena HIV, orang itu disebut positif-HIV (HIV+) tetapi belum tentu dia menghadapi AIDS.Sistem daya tahan tubuh adalah mekanisme tubuh yang terdiri dari sel darah putih. Sel-sel ini menyerang dan membunuh kuman dan virus yang masuk ke dalam tubuh kita.

HIV hanya bisa menular melalui darah, air mani dan air mani termasuk darah haid. Darah atau cairan- cairan tubuh yang memasuki saluran darah orang lain melalui luka, dan kudis.
HIV dapat menyerang sistem kekebalan tubuh
Sesudah HIV masuk ke aliran darah, virus ini mulai menyerang dan membunuh sel-sel T4 (salah satu jenis sel darah putih yang sangat berperan pada sistem kekebalan tubuh untuk melumpuhkan bibit penyakit).
HIV masuk sel T-4 dan memperbanyak diri, kemudian mencari dan membunuh sel-sel T4 lain yang belum terinfeksi.
Setelah jumlah HIV menjadi demikian banyaknya akhirnya sistem kekebalan tubuh tidak mampu melawan penyakit-penyakit lain yang masuk.
Pengidap HIV tidak dapat dibedakan dengan seorang yang belum terinfeksi. Dalam waktu 2 - 10 tahun sesudah terinfeksi HIV, sangat mungkin gejala- gejala yang terkait dengan AIDS tidak akan terlihat sama sekali.
Berarti seorang pengidap HIV dapat tetap merasa dan kelihatan sehat dalam waktu yang panjang.
Akan tetapi orang tersebut sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain. Karena itu kita harus berhati-hati jika melakukan suatu perilaku yang beresiko untuk penularan HIV.
Infeksi oportunistik
Pada saat sistem kekebalan tubuh pengidap HIV sudah sangat rendah, beberapa penyakit yang sebenarnya tidak berbahaya bagi orang yang sehat, akan mengambil "kesempatan" masuk ke dalam tubuh. Misalnya, sejenis radang paru-paru, kanker kulit, TBC atau gangguan pada sel-sel otak. Penyakit- penyakit ini akhirnya dapat menyebabkan kematian bagi penderitanya.Tetapi karena tidak ada gejala yang spesifik, hanya seorang dokter ahli yang dapat mendiagnosa AIDS.
HIV tidak mudah menular.
Banyak orang yang mengira HIV mudah ditularkan. Padahal cairan yang dapat menularkan hanya terdapat pada darah, cairan vagina dan cairan sperma pengidap HIV. Maka hanya beberapa kegiatan tertentu saja yang memungkinan cairan tersebut masuk ke tubuh kita.
HIV hanya bisa menular melalui cara-cara berikut :
1. melalui hubungan seks tanpa pengaman (seks tanpa pengaman adalah seks tanpa menggunakan kondom).
2. melalui jarum suntik.
3. melalui ibu kepada bayinya semasa kehamilan, kelahiran atau penyusuan.
Kegiatan yang dapat menularkan HIV:
1. Hubungan seks dengan seorang yang mengidap HIV. Data menunjukkan bahwa 80% kasus HIV/AIDS yang ada di Indonesia ditularkan meialui hubungan seks.
2. Menggunakan jarum suntik yang sudah tercemar HIV tanpa disterilkan terlebih dahulu. Bisa juga alat tajam lain seperti jarum tato atau jarum tindik.
3. Melakukan transfusi darah yang sudah mengandung HIV.
4. Dari ibu yang mengidap HIV pada bayi di kandungannya. Kemungkinan penularan meialui cara ini adalah 30%. jadi tidak semua bayi yang dilahirkan dari ibu HIV+ akan terinfeksi
Berarti semua orang dapat tertular HIV jika melakukan kegiatan beresiko.
AIDS tidak menular melalui:
penggunaan peralatan makan bersama (piring, sendok, garpu, gelas, dll)
penggunaan pakaian bergantian (baju, celana, handuk, dll)
kolam renang
WC, kamar mandi umum
gigitan nyamuk
ludah, keringat, aira mata, air kencing
ciuman, pelukan

Pencegahan AIDS

Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk pencegahan penularan HIV/AIDS. Langkah pertama adalah mempelajari dan mengetahui fakta tentang AIDS yang benar. Semakin banyak yang Anda ketahui tentang AIDS, semakin kecil resiko Anda untuk ketularan. Yang terpenting adalah melakukan perilaku bertanggungjawab

Pencegahan AIDS melalui SEKS:
Tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah.
Untuk yang sudah aktif secara seksual, Anda dapat mengurangi resiko dengan:
hanya melakukan hubungan seks dengan mitra tunggal
menggunakan kondom setiap kali berhubungan seks
mengobati penyakit kelamin jika ada

Perlu dipertimbangkan apakah perilaku kita telah sesuai dengan norma agama dan norma masyarakat yang ada.
Pencegahan AIDS melalui DARAH
Hanya menerima tranfusi darah yang bebas HIV. Dalam situasi darurat, memilih donor darah yang sudah Anda kenal dan mempunyai resiko HIV yang cukup rendah.
Pastikan bahwa jarum yang akan kamu pakai sudah steril:
gunakaniah jarum suntik yang baru, atau,
lakukan sterilisasi dengan membersihkan jarum menggunakan alkohol atau pemutih.
Untuk perempuan yang mengidap HIV, sebaiknya mempertimbangkan resiko HIV pada bayi sebelum hamil.
Anda juga harus peduli terhadap PMS(Penyakit Menular Seksual), karena jika kita mempunyai PMS, resiko tertular HIV akan semakin tinggi.
PMS adalah berbagai macam penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks. Selain AIDS ada berbagai macam PMS, misalnya: kencing nanah (GO), sipilis, klamidia, herpes, dll.
Sebagian PMS dapat terlihat gejaianya, sebagian lagi tidak. Gejala tersebut dapat hilang tanpa diobati, tetapi bukan berarti penyakitnya sudah sembuh. Dengan pengobatan yang benar, sebagian besar PMS dapat diobati secara tuntas.
PMS dapat dicegah dengan cara yang sama dengan pencegahan AIDS.
PMS tidak dapat dicegah dengan:
-mencuci alat kelamin sesudah hubungan seks
-minum jamu tradisional
-suntikan antibiotik
Selain menaikkan resiko tertular HIV, jika PMS tidak segera diobati dapat menimbulkan berbagai akibat misalnya: kebutaan, kanker, artitis (lemah tulang), cacat, kemandulan, lumpuh, penyakit jantung, dan kerusakan otak.PMS juga dapat menular ke bayi di dalam kandungan.
Jika Anda menyampaikan informasi AIDS dan PMS pada orang lain berarti Anda telah membantu Program Pencegahan AIDS!!

Lentera adalah sekelompok orang yang peduli terhadap AIDS. Kami melakukan berbagai kegiatan dalam rangka pencegahan AIDS. Relawan Lentera berasal dari berbagai kalangan dan bekerja secara sukarela untuk pendidikan AIDS kepada masyarakat.

Jumat, 14 Januari 2011 | By: aRfalia Kuwok

Ki Hajar Dewantara



Ki Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889.Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya.

Perjalanan hidupnya benar-benar diwarnai perjuangan dan pengabdian demi kepentingan bangsanya. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya.



Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.


Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.


Mereka berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh status badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda. Tetapi pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg berusaha menghalangi kehadiran partai ini dengan menolak pendaftaran itu pada tanggal 11 Maret 1913. Alasan penolakannya adalah karena organisasi ini dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan menggerakan kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.

Kemudian setelah ditolaknya pendaftaran status badan hukum Indische Partij ia pun ikut membentuk Komite Bumipoetra pada November 1913. Komite itu sekaligus sebagai komite tandingan dari Komite Perayaan Seratus Tahun Kemerdekaan Bangsa Belanda. Komite Boemipoetra itu melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik uang dari rakyat jajahannya untuk membiayai pesta perayaan tersebut.

Sehubungan dengan rencana perayaan itu, ia pun mengkritik lewat tulisan berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga). Tulisan Seandainya Aku Seorang Belanda yang dimuat dalam surat kabar de Expres milik dr. Douwes Dekker itu antara lain berbunyi:

"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu.

Pikiran untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka dan sekarang kita garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda. Apa yang menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku terutama ialah kenyataan bahwa bangsa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu pekerjaan yang ia sendiri tidak ada kepentingannya sedikitpun".

Akibat karangannya itu, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menjatuhkan hukuman tanpa proses pengadilan, berupa hukuman internering (hukum buang) yaitu sebuah hukuman dengan menunjuk sebuah tempat tinggal yang boleh bagi seseorang untuk bertempat tinggal. Ia pun dihukum buang ke Pulau Bangka.

Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo merasakan rekan seperjuangan diperlakukan tidak adil. Mereka pun menerbitkan tulisan yang bernada membela Soewardi. Tetapi pihak Belanda menganggap tulisan itu menghasut rakyat untuk memusuhi dan memberontak pada pemerinah kolonial. Akibatnya keduanya juga terkena hukuman internering. Douwes Dekker dibuang di Kupang dan Cipto Mangoenkoesoemo dibuang ke pulau Banda.

Namun mereka menghendaki dibuang ke Negeri Belanda karena di sana mereka bisa memperlajari banyak hal dari pada didaerah terpencil. Akhirnya mereka diijinkan ke Negeri Belanda sejak Agustus 1913 sebagai bagian dari pelaksanaan hukuman.

Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran, sehingga Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berhasil memperoleh Europeesche Akte.
Kemudian ia kembali ke tanah air di tahun 1918. Di tanah air ia mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan.

Setelah pulang dari pengasingan, bersama rekan-rekan seperjuangannya, ia pun mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional, Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.

Tidak sedikit rintangan yang dihadapi dalam membina Taman Siswa. Pemerintah kolonial Belanda berupaya merintanginya dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932. Tetapi dengan kegigihan memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu kemudian dicabut.

Di tengah keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di Tamansiswa, ia juga tetap rajin menulis. Namun tema tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan buah. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.

Sementara itu, pada zaman Pendudukan Jepang, kegiatan di bidang politik dan pendidikan tetap dilanjutkan. Waktu Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam tahun 1943, Ki Hajar duduk sebagai salah seorang pimpinan di samping Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur.

Setelah zaman kemedekaan, Ki hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959. Penghargaan lain yang diterimanya adalah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957.

Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, ia meninggal dunia pada tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana.

Kemudian oleh pihak penerus perguruan Taman Siswa, didirikan Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta, untuk melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hadjar Dewantara. Dalam museum ini terdapat benda-benda atau karya-karya Ki Hadjar sebagai pendiri Tamansiswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi museum yang berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah penting serta data surat-menyurat semasa hidup Ki Hadjar sebagai jurnalis, pendidik, budayawan dan sebagai seorang seniman telah direkam dalam mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan Badan Arsip Nasional.

Bangsa ini perlu mewarisi buah pemikirannya tentang tujuan pendidikan yaitu memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya, serta harus didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi.

Hari lahirnya, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ajarannya yang terkenal ialah tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan).
Selasa, 11 Januari 2011 | By: aRfalia Kuwok

Bung Tomo

Sutomo (lahir di Surabaya, 3 Oktober 1920 – wafat di Padang Arafah, 7 Oktober 1981 pada umur 61 tahun) lebih dikenal dengan sapaan akrab oleh rakyat sebagai Bung Tomo, adalah pahlawan yang terkenal karena peranannya dalam membangkitkan semangat rakyat untuk melawan kembalinya penjajah Belanda melalui tentara NICA, yang berakhir dengan pertempuran 10 November 1945 yang hingga kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.


Sutomo dilahirkan di Kampung Blauran, di pusat kota Surabaya. Ayahnya bernama Kartawan Tjiptowidjojo, seorang kepala keluarga dari kelas menengah. Ia pernah bekerja sebagai pegawai pemerintahan, sebagai staf pribadi di sebuah perusahaan swasta, sebagai asisten di kantor pajak pemerintah, dan pegawai kecil di perusahan ekspor-impor Belanda. Ia mengaku mempunyai pertalian darah dengan beberapa pendamping dekat Pangeran Diponegoro yang dikebumikan di Malang. Ibunya berdarah campuran Jawa Tengah, Sunda, dan Madura. Ayahnya adalah seorang serba bisa. Ia pernah bekerja sebagai polisi di kotapraja, dan pernah pula menjadi anggota Sarekat Islam, sebelum ia pindah ke Surabaya dan menjadi distributor lokal untuk perusahaan mesin jahit Singer.

Masa muda
Sutomo dibesarkan di rumah yang sangat menghargai pendidikan. Ia berbicara dengan terus terang dan penuh semangat. Ia suka bekerja keras untuk memperbaiki keadaan. Pada usia 12 tahun, ketika ia terpaksa meninggalkan pendidikannya di MULO, Sutomo melakukan berbagai pekerjaan kecil-kecilan untuk mengatasi dampak depresi yang melanda dunia saat itu. Belakangan ia menyelesaikan pendidikan HBS-nya lewat korespondensi, namun tidak pernah resmi lulus.

Sutomo kemudian bergabung dengan KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Belakangan Sutomo menegaskan bahwa filsafat kepanduan, ditambah dengan kesadaran nasionalis yang diperolehnya dari kelompok ini dan dari kakeknya, merupakan pengganti yang baik untuk pendidikan formalnya. Pada usia 17 tahun, ia menjadi terkenal ketika berhasil menjadi orang kedua di Hindia Belanda yang mencapai peringkat Pandu Garuda. Sebelum pendudukan Jepang pada 1942, peringkat ini hanya dicapai oleh tiga orang Indonesia.

Perjuangan
Sutomo pernah menjadi seorang jurnalis yang sukses. Kemudian ia bergabung dengan sejumlah kelompok politik dan sosial. Ketika ia terpilih pada 1944 untuk menjadi anggota Gerakan Rakyat Baru yang disponsori Jepang, hampir tak seorang pun yang mengenal dia. Namun semua ini mempersiapkan Sutomo untuk peranannya yang sangat penting, ketika pada Oktober dan November 1945, ia berusaha membangkitkan semangat rakyat sementara Surabaya diserang habis-habisan oleh tentara-tentara NICA. Sutomo terutama sekali dikenang karena seruan-seruan pembukaannya di dalam siaran-siaran radionya yang penuh dengan emosi, "Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!"

Meskipun Indonesia kalah dalam pertempuran 10 November itu, kejadian ini tetap dicatat sebagai salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah Indonesia.

Setelah kemerdekaan
Setelah kemerdekaan Indonesia, Sutomo sempat terjun dalam dunia politik pada tahun 1950-an, namun ia tidak merasa bahagia dan kemudian menghilang dari panggung politik karena merasa difitna berkaittan dengan pendirian pabrik sabun bermodalkan iuran tukang becak di Surabaya akan tetapi masalah beliau ini kemudian tidak diketahui rimbanya. Pada akhir masa pemerintahan Soekarno dan awal pemerintahan Suharto yang mula-mula didukungnya, Sutomo kembali muncul sebagai tokoh nasional.

Padahal, berbagai jabatan kenegaraan penting pernah disandang Bung Tomo. Ia pernah menjabat Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata/Veteran sekaligus Menteri Sosial Ad Interim pada 1955-1956 di era Kabinet Perdana Menteri Burhanuddin Harahap. Bung Tomo juga tercatat sebagai anggota DPR pada 1956-1959 yang mewakili Partai Rakyat Indonesia.

Namun pada awal 1970-an, ia kembali berbeda pendapat dengan pemerintahan Orde Baru. Ia berbicara dengan keras terhadap program-program Suharto sehinga pada 11 April 1978ia ditahan oleh pemerintah Indonesia yang tampaknya khawatir akan kritik-kritiknya yang keras. Baru setahun kemudian ia dilepaskan oleh Suharto. Meskipun semangatnya tidak hancur di dalam penjara, Sutomo tampaknya tidak lagi berminat untuk bersikap vokal.

Ia masih tetap berminat terhadap masalah-masalah politik, namun ia tidak pernah mengangkat-angkat peranannya di dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Ia sangat dekat dengan keluarga dan anak-anaknya, dan ia berusaha keras agar kelima anaknya berhasil dalam pendidikannya.

Sutomo sangat bersungguh-sungguh dalam kehidupan imannya, namun tidak menganggap dirinya sebagai seorang Muslim saleh, ataupun calon pembaharu dalam agama. Pada 7 Oktober 1981 ia meninggal dunia di Padang Arafah, ketika sedang menunaikan ibadah haji. Berbeda dengan tradisi untuk memakamkan para jemaah haji yang meninggal dalam ziarah ke tanah suci, jenazah Bung Tomo dibawa kembali ke tanah air dan dimakamkan bukan di sebuah Taman Makam Pahlawan, melainkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel di Surabaya.

Gelar Pahlawan Nasional
Gelar pahlawan nasional akhirnya diberikan ke Bung Tomo bertepatan pada peringatan Hari Pahlawan tanggal 10 November 2008. Keputusan ini disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Kabinet Indonesia Bersatu, Muhammad Nuh pada tanggal 2 November 2008 di Jakarta.

LuKiSan RadeN Saleh

Raden Saleh, yang dikenal sebagai pelukis kerajaan Belanda, membuat lukisan Penangkapan Diponegoro 28 Maret 1830 sebagai reaksi dan kritiknya terhadap pemerintah kolonial Belanda atas lukisan serupa yang telah dibuat sebelumnya oleh seorang pelukis Belanda bernama N. Pieneman, berjudul Penaklukan Diponegoro


Lukisan Penangkapan Diponegoro karya Raden Saleh sendiri rampung pada tahun 1857 ketika sang maestro berada di Indonesia. Namun lukisan ini akhirnya dihadiahkan untuk Raja Belanda, yaitu Willem III. Setelah lebih dari seratus tahun di tangan Belanda, lukisan ini akhirnya dikembalikan ke Indonesia. Ratu Juliana menghadiahkan lukisan ini kepada Indonesia pada kunjungannya di tahun 1976. Sejak itu lukisan ini berada di Istana Negara, tepatnya di Museum Istana.

Tidak banyak orang dapat melihat lukisan megah nan indah ini dan karena itu belum banyak yang tahu bahwa sebenarnya Indonesia memiliki sebuah lukisan yang mampu mewakili identitas nasionalnya yang sekaligus menjadi kekayaan sejarah, seni dan budaya.

Sebagian besar para pecinta seni tentunya sudah mengetahui tentang lukisan ini. Kebanyakan dari mereka adalah orang asing dan tinggal di luar Indonesia, sementara rakyat Indonesia sendiri justru belum banyak yang mengetahui lukisan ini. Tidak seperti orang Belanda yang hampir semuanya mengenali lukisan karya Rembrandt yang termahsyur, yaitu The Nightwatch, salah satu lukisan yang mewakili identitas bangsa Belanda dan dikenal secara internasional.

Perlukah Indonesia memiliki sebuah lukisan yang dapat mewakili identitas nasional bangsa Indonesia? Perlu.
Negeri ini telah cukup lama berada dalam krisis.
Simbol-simbol identitas lain yang mencerminkan ciri khas bangsa Indonesia sudah sering kali tercabik-cabik oleh adanya pergolakan dalam negeri, munculnya kelompok-kelompok, konflik-konflik agama, dan masih banyak lagi. Lukisan tersebut dapat dijadikan sebuah simbol bangsa Indonesia yang direvitalisasi.

Mengapa lukisan ini dapat dijadikan contoh sebuah simbol yang mewakili identitas nasional bangsa Indonesia?
Pertama, lukisan ini dibuat oleh seorang master pelukis Indonesia, Raden Saleh. Beliau tidak hanya dikenal di Indonesia tapi juga di luar negeri.
Kedua, subyek lukisan ini adalah Pangeran Diponegoro, seorang pahlawan besar bangsa Indonesia yang dikenal oleh seluruh rakyat Indonesia.
Ketiga, lukisan ini sangat indah. Sebuah lukisan yang layak untuk dinikmati dan dibanggakan oleh banyak orang.

Terlebih lagi, lukisan ini menggambarkan sebuah peristiwa bersejarah yang sangat penting bagi bangsa Indonesia, yaitu saat para pemberontak yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro hampir memenangkan perlawanan yang dilakukannya terhadap pemerintah kolonial Belanda. Hanya karena sebuah pengkhianatanlah Belanda mampu mengakhiri perjuangan Diponegoro.

Lukisan ini dengan cakap mampu mengabadikan momen ini. Pangeran Diponegoro memang dikhianati tetapi bukan berarti dia mengaku kalah pada Belanda. Dengan bangga dia menunggu nasibnya dan meyakini bahwa suatu saat usaha perlawanan terhadap kekuasaan kolonial ini akan membawa hasil sebuah kemerdekaan. Ini adalah sebuah lukisan yang menjadi langkah awal terwujudnya sebuah kemerdekaan.

Adakah lukisan lain yang juga mampu menjadi simbol identitas nasional bangsa Indonesia?
Kemungkinan memang ada lukisan-lukisan lain yang dibuat oleh pelukis Indonesia lainnya yang juga mampu membangkitkan semangat patriotisme, persatuan nasional, kebanggaan dan kekaguman tersendiri. Namun kebanyakan pelukis Indonesia mulai berkarya setelah masa kemerdekaan dan meskipun banyak karya lukisan yang menggambarkan semangat kemerdekaan sebagai subyeknya, tidak banyak yang bisa menjadi andalan dan lebih dari yang lainnya.

Jika lukisan Raden Saleh ini begitu penting, mengapa selama ini banyak masyarakat yang tidak mengetahuinya?
Sebuah pertanyaan yang bagus.

Lukisan ini sulit untuk diakses oleh orang banyak. Ketika Ratu Juliana menyerahkan lukisan ini pada tahun 1976 kepada Indonesia, lukisan ini diletakkan di salah satu ruangan dalam Istana Negara yang disebut Museum Istana Negara. Hanya segelintir orang yang dapat melihatnya secara langsung.
Cerita sejarah di balik lukisan ini sangat tak ternilai harganya oleh karena itu penting sekali untuk memeliharanya dengan baik dan benar. Lukisan harus dikelola dengan pemeliharaan ruangan yang bersuhu baik. Syukurlah Bagian Museum dan Sanggar Seni Istana Negara berkeinginan untuk merestorasi aset sejarah ini.

Hal ini dapat dibaca di situs www.presidensby.info. Dalam sebuah artikel yang bertanggal 17 Januari 2007 itu disebutkan bahwa pihak Museum Istana ingin sekali sesegera mungkin merestorasi lukisan Raden Saleh yang berjudul Penangkapan Diponegoro.

Penyelamatan lukisan Penangkapan Diponegoro memang harus secepatnya dilaksanakan, karena umurnya yang sudah cukup tua. Jika lukisan ini tergantung dalam sebuah ruang kerja atau ruang tamu, maka kondisinya bisa jadi akan semakin memburuk mengingat ruangan kerja atau kantor biasanya tidak memiliki pengaturan suhu yang tetap sepanjang waktu. Perubahan suhu dan kelembaban dapat menghancurkan lukisan.

Jika restorasi dan konservasi dapat direalisasikan maka hal selanjutnya adalah memperkenalkan lukisan ini ke khalayak banyak, terutama generasi muda Indonesia. Seluruh anak Indonesia harus mengetahui lukisan ini dan sesering mungkin dapat mengunjungi, melihat dan memperhatikannya, karena lukisan ini adalah cerminan rasa nasionalisme yang dimiliki oleh seorang putra bangsa.
Lalu, apa yang harus kita lakukan?

Pertama, mungkin sebaiknya ada sebuah ruangan dalam museum yang khusus menyajikan lukisan ini atau bahkan sebuah museum yang khusus dibuat untuk lukisan ini. Sebagai perbandingan: kebanyakan pengunjung Rijksmuseum Amsterdam, kurang lebih satu juta orang tiap tahunnya, datang hanya untuk melihat lukisan Nightwatch.
Museum ini haruslah memiliki sebuah ruangan besar yang dapat menampung ribuan pengunjung didalamnya. Salah satu kemungkinan tempat yang cocok adalah Istana Putih (The White Palace, bekas Istana Daendels atau gedung Departemen Keuangan sekarang) di Lapangan Banteng. Alternatif lainnya adalah rumah Raden Saleh sendiri di Jalan Raden Saleh, yang saat ini merupakan bagian dari Rumah Sakit Cikini. Tetapi infrastruktur daerah ini tidak cocok mengingat diperlukan juga tempat yang luas untuk bus-bus dan kendaraankendaraan besar yang parkir.

Upaya pelestarian aset bersejarah bangsa yang menyajikan kisah sejarah perjuangan bangsa merupakan salah satu usaha untuk menjadikan bangsa Indonesia sebagai sebuah bangsa yang mampu menghargai dan mengenali dengan baik sejarah perjuangan bangsanya.

"Malin KUndaNg"

Long time ago, in a small village near the beach in West Sumatera, lived a woman and her son, Malin Kundang. Malin Kundang's father had passed away when he was a baby, and he had to live hard with his mother.
Malin Kundang was a healthy, dilligent, and strong child. He usually went to the sea to catch fish, and brought it to his mother, or sold it in the town.
One day, when Malin Kundang was sailing as usual, he saw a merchant's ship which was being raided by a small band of pirates. With his brave and power, Malin Kundang defeated the pirates. The merchant was so happy and asked Malin Kundang to sail with him. Malin Kundang agreed.
Many years later, Malin Kundang became a wealthty merchant, with a huge ship, loads of trading goods, many ship crews, and a beautiful wife. In his journey, his ship landed on a beach. The villagers reconigzed him, and the news ran fast in the town: Malin Kundang became a rich man and now he is here. His mother, in deepful sadnees after years of loneliness, ran to the beach to meet her beloved son again.
When the mother came, Malin Kundang, in front of his well dressed wife, his crews and his own gloriness, denied to meet that old, poor and dirty woman. For three times she begged Malin Kundang and for three times yelled at him. At last Malin Kundang said to her "Enough, old woman! I have never had a mother like you, a dirty and ugly peasant!" Then he ordered his crews to set sail.
Enraged, she cursed Malin Kundang that he would turn into a stone if he didn't apologize. Malin Kundang just laughed and set sail.
In the quiet sea, suddenly a thunderstorm came. His huge ship was wrecked and it was too late for Malin Kundang to apologized. He was thrown by the wave out of his ship, fell on a small island, and suddenly turned into stone.
Sabtu, 08 Januari 2011 | By: aRfalia Kuwok

Salah NurUnin ResLetiNG

Tumini seorang wanita dewasa pegawai sebuah kantor swasta asing pagi itu mau berangkat kerja dan lagi menunggu bus kota di mulut gang rumahnya. Seperti biasa pakaian yang dikenakan cukup ketat, roknya semi-mini, sehingga bodinya yang seksi semakin kelihatan lekuk likunya.

Bus kota datang, tumini berusaha naik lewat pintu belakang, tapi kakinya kok tidak sampai di tangga bus. Menyadari keketatan roknya, tangan kiri menjulur ke belakang untuk menurunkan sedikit resleting roknya supaya agak longgar.

Tapi, ough, masih juga belum bisa naik. Ia mengulangi untuk menurunkan lagi resleting roknya. Belum bisa naik juga ke tangga bus. Untuk usaha yang ketiga kalinya, belum sampai dia menurunkan lagi resleting roknya, tiba-tiba ada tangan kuat mendorong pantatnya dari belakang sampai Marini terloncat dan masuk ke dalam bus.

Tumini melihat ke belakang ingin tahu siapa yang mendorongnya, ternyata ada pemuda gondrong yang cengar-cengir melihat Tumini.

“Hei, kurang ajar kau. Berani-beraninya nggak sopan pegang-pegang pantat orang!”

Si pemuda menjawab kalem, “Yang nggak sopan itu situ, Mbak. Masak belum kenal aja berani-beraninya nurunin resleting celana gue.”